FIS. KES. BURHAN

Semoga bermanfaat bagi semua yang membutuhkan

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Lhokseumawe, ACEH, Indonesia

Bekerja pada RSU Cut Meutia sejak tahun 1988, saat ini bekerja pada kasie penunjang Medisk Mengajar Fisika Kesehatan pada beberapa stikes di Kota Lhokseumawe

Sabtu, 14 Maret 2009

Perempuan Hamil Penderita Migren Hadapi Resiko Sakit Jantung



Antara - Kamis, Maret 12Beijing (ANTARA/Xinhuanet-OANA) - Perempuan yang menderita sakit kepala sebelah selama hamil menghadapi resiko paling besar untuk terserang bermacam stroke dan penyakit pembuluh darah, kata satu perhimpunan ilmuwan AS yang melandasi pendapat mereka pada studi pengendalian kasus, Rabu.

ADVERTISEMENT

Temuan tersebut, yang disiarkan dalam BMJ, jurnal medis umum internasional, terbitan pekan ini, mendapati bahwa perempuan hamil yang menderita migren 15 kali lebih mungkin dibandingkan dengan perempuan lain untuk menderita stroke, dua kali lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung dan tiga kali lebih mungkin untuk menghadapi pembekuan darah dan gangguan lain jantung selama kehamilan.

"Perawatan yang baik sebelum kelahiran diperlukan. Perempuan dengan migren berat yang terus-menerus selama masa kehamilan mesti menyadari semua factor resiko yang mereka hadapi, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, sejarah pembekuan darah, sakit jantung dan stroke," kata pemimpin peneliti dalam studi itu, Dr. Cheryl Bushnell, ahli syaraf di Wake Forest Baptist Medical Center.

"Tampaknya juga ada hubungan antara sakit kepala sebelah dan preeclampsia, salah satu komplikasi kehamilan yang paling umum dan paling berbahaya," kata Bushnell.

Bushnell dan rekannya menganalisis data dari 33.956 perempuan hamil yang didiagnosis menderita migren.

Menurut studi tersebut, sakit kepala sebelah muncul pada sebanyak 26 persen perempuan yang sedang hamil. Perempuan yang berusia 35 tahun ke atas lebih mungkin untuk menderita migren selama kehamilan.

Perempuan yang berusia 40 tahun ke atas 2,4 kali lebih mungkin untuk terserang migren dibandingkan dengan perempuan yang berusia di bawah 20 tahun, dan perempuan kulit putih lebih mungkin untuk terserang sakit kepala sebelah dibandingkan dengan perempuan dari ras atau suku apa pun.

"Migren, terutama yang berkaitan dengan aura atau perubahan visual selama sakit kepala, sebelumnya telah dikaitkan dengan stroke dan serangan jantung pada perempuan," kata Bushnell. "Studi ini lebih mengabsahkan hubungan antara keduanya."

"Tak peduli apa pun penyebabnya," tambah Bushnell, "migren aktif selama kehamilan mesti dipandang sebagai tanda potensi sakit jantung."

Minggu, 08 Maret 2009

Tiap Satu Jam, Satu Perempuan Mati Akibat Kanker Serviks



Kompas - Minggu, Maret 8
JAKARTA , SABTU - Diperkirakan setiap satu jam, satu perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks atau kanker leher rahim. Demikian diterangkan dr. Sri Nurhayati, dokter umum Pemprov DKI Jakarta saat memberikan penyuluhan dalam acara "One Day to a Rewarding Life" di Jakarta, Sabtu (7/3).
Tumbuhnya sel-sel secara tidak normal pada leher rahim ini disebabkan Human Papilloma Virus (HPV). "Kanker serviks disebabkan HPV tipe 16 dan 18," kata Sri.
Karena itu, sedini mungkin setiap perempuan mesti melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah leher rahimnya terinveksi HPV atau tidak. Apalagi, kata Sri, setiap perempuan berisiko terkena infeksi HPV. Pemeriksaan dini menyelamatkan wanita dari kematian.
Pemeriksaan bisa dilakukan mulai umur 20 tahun keatas, karena perkembangan menuju kanker serviks memakan waktu 10-15 tahun. "Artinya rata-rata seorang perempuan terkena kanker serviks di umur 30-50 tahun," terangnya.
Cara penularan HPV, menurut Sri, lewat hubungan seksual dan penggunaan bersama-sama alat pribadi, seperti handuk atau pakaian. "HPV menyerang perempuan setelah berhubungan seks, meski tidak bisa dikatakan virus ini datang dari lelaki. Tapi virus itu sebenarnya juga sudah ada dalam tubuh perempuan sejak di atas umur 10 tahun. Itu makanya sebelum dan sesudah si perempuan melakukan seks (dalam konteks pernikahan) selalu di vaksinasi," terangnya.
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya kanker serviks yang disebut Pap Smear atau Inspeksi Visual Asetat (IVA) dilakukan dengan mengambil cairan pada leher rahim, untuk diperiksa setiap sel-selnya.
Bila diketahui kanker sudah diidap, beberapa tindakan (modalitas) untuk menghilangkan HPV penyebab kanker serviks ini antara lain bedah (surgical treatmet), radioterapi (penyinaran), kemoterapi (mengosumsi obat atau di infus), dan terapi paliatif, yang difokuskan pada peningkatan kualitas hidup pasien.
"Namun dari tindakan yang ada ditentukan sejauh mana stadium kanker serviks tersebut. Bila sudah stadium lanjut maka wajib dilakukan tindakan bedah, " kata Sri.